Aku mengenal mu tepat 2 bulan yang
lalu. Saat itu tanpa sengaja kamu memilih memberi komentar di album poto yang
aku share melalui media online. Aku tak pernah membayangkan jika pada akhirnya
akan menjadi seperti ini. Menjadi sebuah
cerita dalam hidupku terkumpul dalam folder “yang pernah singgah “.
Setelah percakapan di chatting online
beberapa waktu, kita pun bertemu, dan mengenal satu sama lain. Hanya satu yang
aku ingat saat ini tentang pertemuan itu, “
siapa tahu jodoh “ katamu.
Indah memng malam itu, malam yang
berhias bintang, kamu datang ke rumah dengan membawa sebungkus martabak telor
kesukaanku. Entah ini cemistry atau memang tak sengaja saja kau datang membawa
makanan yang aku pun begitu menyukai.
Tidak lama diruang
tamu, kita habiskan satu jam saja untuk awal perkenalan ini. Entah apa yang ada dalam benakmu tetapi satu
kalimat yang terlontar dari mu “ aku
boleh kan maen lagi kerumah kamu ?”
Aku tak menjawab, hanya aku anggukan
kepala tanda membolehkannya untuk kembali kerumah ini suatu saat.
Sejak pertemuan pertama itu, kita semakin
dekat meskipun hanya melalui bbm atau telepon.
Hari – hari ku berikutnya adalah bersama mu. Canda
tawa mu membuatku selalu berbahagia menjalani keseharianku. Rumah kecilku pun berhias kebahagiaan saat
bersamamu. Aku merasakan seperti mempunyai keluarga yang utuh, ada kamu, ada si
kecil ku dan aku bahagia selalu meskipun keributan kecil kadang datang
mengganggu, yang pada akhirnya memperkokoh hubungan kita.
Saat malam ketika kau singgah sebentar,
teras kecil ini menjadi saksi betapa angan-angan kita yang tinggi ingin segera
teraih. Kopi hitam pekat menemani kita
yang sesekali hangatnya menginpirasi kita untuk selalu hangat di dalam rumah
ini.
Usia mu yang muda di
bandingkan umur ku tidak menghalangi kita untuk menjadi satu, malah terkesan
kamu yang lebih dewasa dan mampu memahami ku. Tidak mudah mengerti aku dan
keadaan ku. Banyak yang sudah menyerah di tengah jalan, tetapi kamu ingin
mendampingiku, sehingga kekasaran dan
kekakuanku tak menjadi halangan bagi mu untuk mewujudkan ingin mu.
Kamu adalah sosok
yang aku mau. penampilan mu biasa tetapi cara pandang mu pada kehidupan
lebih matang, dan hal itu lah yang sampai detik ini aku mengagumi mu. Jujur, mencintaimu itu sangat mudah.. tetapi
untuk menghilangkannya itu yang susah. Aku terlanjur terjatuh pada hatimu, hati
seorang pria muda yang belum pernah menikah
dan mungkin belum pernah bercinta dengan hebatnya.
Tanpa ada komitmen
apapun, kita menjalani hubungan ini.
Orang bilang hubungan tanpa status, tetapi bagi ku hubungan ini beda
dengan HTS lainnya, karena meski tanpa status jelas, tetapi kamu lebih dari
segala yang aku punya dan pernah aku punyai.
Kamu laki-laki yang tangguh untuk menjadi bagian dari keluarga
kecilku. Kamu yang mejadikanku sebagai
wanita yang benar-benar wanita. Kau ingatkan aku jika aku lalai pada pria kecil
ku yang masih berusia belasan, kamu
selalu berlaku sebagai ayah nya, memberikan nasehat-nasehat yang pada akhirnya pria kecil itu menurut
pada apa yang aku katakan. Pria kecil itu tidak lagi membantah apa yang aku
inginkan. Dia berubah menjadi lebih baik
begitu pula aku bisa mengubah kebiasaan ku yang amburadul menjadi mapan dan menjadi
orang rumahan meskipun kegiatan ku di kantor membuat aku super sibuk setiap
harinya.
Melalui proses yang
kilat ini, kamu dan aku menjadi sepasang orangtua yang mempu mendidik anak
dengan cara yang lebih baik. Perhatian mu dan pemahaman mu kepada kami membuat
aku bangga memiliki mu. Rasa sayang yang muncul diantara kita semakin tebal.
Malam itu 2 minggu
yang lalu, kau sengaja datang ke rumah dan ingin bersantai di rumah. Seperti
biasa kopi hitam di meja menjadi hidangan istimewa kita. Seduhan 1 sendok kopi dan
3 sendok kecil gula, beradu dengan air panas... berasap dan bau khas kopi
toraja yang nikmat.
Setengguk demi setengguk, kopi di
cangkir biru itu menyusut. Kepulan asap rokok marlboro black mentol bercampur aroma kopi semakin membuat ruangan
ini menjadi khas ketika kamu datang.
“
oh ya,,. Aku mau bicara sama kamu “ katamu membuka
pembicaraan setelah sepi beberapa menit.
“apa
sayang,.. aku siap berbicara apa saja..” sahut ku. “mungkin
kamu akan melamarku haha “ pikirku
Dengan wajah yang menunjukan aku berbahagia,
aku siap dengan segala apa yang di katakan, entah seperti pikiran ku atau
justru sesuatu hal yang menghancurkan
hatiku.
“ aku
harus pergi ke luar negeri 3 feb besok “ katamu sedikit terbata
“ ada
apa? Kok tiba-tiba ? Berapa lama “? Tanya ku
“ mungkin
akan lama di sana, karena aku akan mencari kehidupan disana “ jelas mu “ aku
akan bergabung diperusahaan keluarga,
ini kesempatan kedua, setelah sempat aku tolak beberapa tahun yang lalu’ lanjutmu..
Aku tak bisa berkata apa-apa, hanya
buliran air mata yang menetes dari sudut mataku. Aku belum siap jauh dari kamu. Hidupku yang
sudah mulai tertata karena mu, tiba-tiba kau harus melangkah pergi dariku. “ aku
belum siap, meninggalkan aktifitas ku, teman-temanku di
kota ini, terutama belum siap ninggalin mama, dan kamu sayang..” ‘ tapi ini harus aku lakukan karena tanpa
semua ini, aku tidak akan mendapat apa-apa di kota ini “ air mata mu pun
mengalir, dan kesedihan di wajah mu terbaca. Guratan canda di wajahmu menjadi guratan
perih.
Aku memelukmu, menangis di dadamu.. tak
ku hiraukan pria kecilku memanggilku untuk berhenti menangis.
Aku kecewa, sedih dan terluka dengan
keputusan ini, keputusan yang kamu ambil mendadak disaat aku sedang berada di
pemulihan jiwa yang ku jalani. Aku tak
bisa membayangkan apa yang terjadi nanti ketika jauh. Dan hari-hariku pasti sepi tanpa mu. “berhentilah berpetualang, bahagiakan
hidupmu dan pria kecil mu “
pesan mu.
Luapan tangisku memekakkan telinga mu
mungkin...
Perdebatan atas
keputusan itu tak kunjung reda, hingga
pada akhirnya suatu hari kita berdua sama-sama terluka.
Hari ini 6 hari sebelum keberangkatan
mu. Kondisi ku yang labil dan ditambah dengan suasana kantor yang membuat aku
sedikit emosi menjadi kan pembicaraan
kita hari ini terlihat sensi. Aku menegang, kamu menegang.. tetapi lagi-lagi
kamu yang mengalah. Kamu menjadikan suasana
tegang ini menjadi kembali tenang dan stabil.
Aku seduh lagi perbandingan gula dan kopi
malam ini, menjadi 2 dan 3, bukan seperti biasa,1 dan 3. Aku ingin kopi malam
ini pahit agar membuat aku melek pada kenyataan, dan sadar bahwa, tidak semua apa yang di hadapan
kita itu enak dan imbang.
Tiba-tiba “plethek” suara cangkir yang ku tuangi air panas, mengagetkan ku..
“ ada
apa sayang.. ‘ tanya mu dari ruang tamu, rupanya suara itu sangat kencang
sehingga terdengar sampai depan.
“
cangkirnya retak nih..” aku sedikit teriak ku dari
dapur.
Aku enggan menggantikan cangkir itu, tetap
saja aku aduk, perlahan tapi bercampur juga.
“ kepanasan
ya.. sayang” tiba-tiba kamu sudah di belakangku. Kau peluk aku mesra, kau
ciumi rambutku, tengkuk ku, seperti biasanya, dan kau bisikan padaku “ kopi nya tak akan berubah rasa meskipun
dalam cangkir retak “ entah apa maksud nya dengan kalimat itu.
Aku membalikkan badanku dan membalas
mencumbuimu......
Tulisan ini aku persembahkan untuk mu “ ESM”.. seseorang yang mengisi
kekosonganku di akhir 2013 dan awal 2014
0 komentar:
Posting Komentar
monggo di pun koreksi