Minggu, 22 Desember 2013

ibu......................

Posted by erna victor On 10.26 No comments

Kecantikan yang dulu engkau miliki, menurun kepadaku...  murah senyum dan mudah bergaul juga menetes di darah ku.
Tegar dan tegas dalam pemikiran dan tindakan mu menjadi contoh aku dalam menjalani hidup.
Engkau sosok yang menjadi teladan bagi ku.
Mengingatmu hari  ini membuat pikiran ku kembali dibeberapa tahun yang lalu. Tahun dimana aku masih berusia belasan, ketika aku masih ingusan dan belum bisa menata diri.
Kebiasaan yang kau ajar kan membuahkan hasil saat ini, aku menjadi wanita yang kuat seperti yang kau lihat. Air mata ku tak pernah menetes meskipun hantam dan masalah hidupku datang bertubi-tubi.   

Kelahiran ku tepat di malam 1 suro, tepatnya di hari ke 22 di bulan desember, tanggal dimana saat ini di rayakan orang-orang menjadi hari ibu.  Menurut cerita mu, aku terlahir di sebuah tempat di sudut kota jogya.  Aku terlahir dengan kulit putih dan montog, ditambah lagi mata ku yg sipit , persis seperti cina, mungkin itulah yang menjadikan aku dipanggil nonik dan setelah dewasa di panggil ncik oleh beberapa orang yang bertemu dengan ku. 

Masa kanak-kanak,  ku lewati dengan bahagia dalam  asuhan mu..  pelukan mu yang menghangatkan tubuh, dan menentramkan jiwa ku.
1988, tahun itu aku masih bersama mu, tepatnya masih duduk di bangku SD.  Kau mengajarkan aku bagaimana menjadi anak perempuan sepatutnya,  kau ajari aku bangun pagi dan mengerjakan pekerjaan pagi yang akhirnya menjadi rutinitas ku hingga ku duduk di bangku SMA.
Aku harus bangun setelah ayam berkokok di pagi menjelang subuh. Sholat adalah awal yang harus di lakukan. Setelah selesai mengerjakannya, aku kau haruskan membantu mu menyapu halaman kanan kiri dan jalan depan rumah, terkadang memotong pagar hidup di depan rumah bahkan membereskan sampah yang sudah menumpuk di ujung pekarangan.
Semula berat dengan pekerjaan itu, tetapi lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan yang selalu aku lakukan. 
Setelah pekerjaan semua selesai, aku baru boleh menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah. Mandi kemudian sarapan, dan mengambil jatah uang saku di meja putih  bapak yang bertengger di sudut rumah kayu kita.
Sepulang sekolah pun, pekerjaan rumah sudah menunggu dan harus aku kerjakan sebelum aku menggendong adik yang paling bungsu untuk mengajaknya bermain. Masa kecil ku habiskan dengan indahnya keluarga kita meskipun dengan kondisi kekurangan, tetapi aku bahagia karena mempunyai mu, yang selalu membuat kesulitan menjadi sebuah hal yang mudah saja kita lakukan.
Aturan-aturan yang kau buat sangat sederhana untuk anak-anakmu terutama aku yang memang bandel, tetapi  bagi ku aturan mu itu kadang tak aku hiraukan.  Namun dengan sabar kau melatihku mentaati semua  aturan karena kau yakin semua terbaik  demi aku dan anak mu yang lain.

          Tak terasa tahun – tahun  begitu cepat berjalan. Selesailah masa sekolah aku di bangku SMA Engkau menghantarkan aku  pada awal perjuangan hidupku sendiri, tanpa mu. Aku terlepas dan sengaja engkau lepas kan untuk mencari penghidupan sendiri.  Tantangan hidup bagiku berawal di sini.
Aku memilih kota yang berada di utara kota jogya, aku memilih di sini walaupun tidak kau restui awalnya, tetapi keinginan ku yang luar biasa akhirnya  ku dapatkan ijinmu  untuk aku memilih menempuh perjalanan masa muda ku  di sini.

         Perjalanan tak mulus begitu saja tetapi aku sudah memilih di sini, konsekuen  dengan pilihanku, aku tak boleh mengeluh, di kota yang saat ini aku singgahi, aku cintai hingga menemukan “cinta” yang aku pikir akan abadi.
Doa selalu kau panjatkan pada Tuhan, agar aku selalu di beri ketenangan dan kesuksesan meraih apa yang ku ingin dan cita-citakan.   Sesekali surat kau kirim untuk ku, tak banyak isinya, hanya kau tanyakan kabar, dan yang pasti selalu  kau ingatkan aku agar selalu beribadah, dan bergaul dengan baik.  Ingat sekali kata mu “nok, jangan lupa solat, puasa, dan jaga diri..  jangan sampai kau permalukan ibu bapak kamu “
Saat itu aku hanya membaca dan ku lempar saja surat itu di meja kamar kost ku.

                1996 adalah tahun di mana, banyak cerita yang mengisi hidup ku dan menjadi kenangan terindah di masa lalu ku. Engkau bahagia dan senantiasa menjadi tempat aku mencurahkan hatiku saat senang atau pun di rundung duka.  Semangat dan doa kau berikan, hingga aku bangkit dari keterpurukan yang terjadi.  Berdiri lagi aku di atas restu mu, berbahagialah aku bersama doa mu.
Keinginan ku mulai tercapai satu persatu, bekerja berkarya dan mendapatkan lelaki pilihan untuk menjadi kekasih ku. Semua pas dengan kriteria ku, pas dengan kemauan ku saat meninggalkan mu. Ku ceritakan semua kepada mu, dan senyummu pun mengembang tanda ikut berbahagia, lagi-lagi kau ucap syukur dan terus berdoa untukku.

         Pada suatu ketika aku menyadari, ternyata ucapan mu benar, kau katakan padaku “ jika kau senang jangan terlampau senang dan jika kau sedih jangan terlalu sedih nok “
Kalimat itu aku resapi setelah kegagalan ku dalam hubungan percintaaan ku, iya,,, kala itu aku yakin, bahwa aku akan bersama nya, tetapi akhirnya aku tidak bisa bersama dengannya. Aku kecewa, dia lah yang aku harapkan untuk hari depan ternyata takdir tertulis , dia bukan untukku.
Aah.. semua sudah garis ku dan semua terbaik untukku.
Walaupun sedih tapi aku tak berlama-lama jatuh ke kubangan itu, tetapi engkau tidak bisa menyimpan pedih mu.  Engkau pun terhanyut dalam kesedihan ku hingga kau jatuh sakit karena memikirkan ku.
Begitu aja di pikir dan dirasa, sakit sendiri kan.. kataku dalam hati, tanpa merasakan apa yang kau rasa.
Aku memang keras dan badung, kadang tidak terlalu memikirkan mu, aku hanya berpikiran tentang aku... ............iya aku egois, aku tak tahu di sayang.. 
Entah mengapa aku menjadi berubah, aku yang semula menurut mu menjadi lebih nakal.

2002, engkau merestui aku dan lelaki yang baru saja ku kenal. Kau  mengganggukan kepala tanda setuju ketika aku meminta restu untuk menikah dengannya.  Segala persiapan kau lakukan untuk aku.  Sepertinya saat itu kau bahagia dan teramat bahagia karena kau pikir aku akan menyudahi kesendirian dan menempuh bahagia dengannya.
Cinta kasih mu pun tak berhenti juga, kau masih rela mengasuh anakku hingga dia tumbuh menjadi anak yang lucu.  Aku Tak pernah mengucapkan terimakasih pada mu, aku selalu melukai mu mungkin dengan perkataan dan perlakuan ku, kau pun tetap mendoakan ku berbahagia dan sukses.  Cinta mu tak pernah padam untuk ku, hingga akhirnya aku menyadari semua yang aku lakukan padamu banyak salah.
Lagi-lagi kau hanya tersenyum dan mendoakan aku selalu bahagia.  Luar biasa memang kasih mu untuk anakmu. Terimakasih ku ucapkan pertama untuk mu pagi itu. Pagi dimana orang-orang merayakan hari  nan  fitri. 

         Juni 2006, kau kembali terluka. Kau menjadi saksi perceraian ku.  Kesedihan mu tak bisa ditutupi. Aku yakin dalam hati mu, engkau menangis pilu.    Inilah untuk kesekian kali aku menyakiti  dan membuat mu  menangis.  Maafkan aku, karena melukai hatimu lagi.. batin ku, aku tak pernah berani mengungkapkan maaf karena terlampau banyak dosa ku padamu.
Sejak perpisahan ku dengannya, hanya kau yang menguatkan aku , hingga aku menjadi mandiri seperti yang kau lihat saat ini. 

          Bulan maret 2012.. suara serak karena menahan tangisan ku dengar malam itu melalui telephone. Kau kabarkan padaku bahwa bapak telah tiada. Kau tahu betapa bapak sangat mengasihi ku ,  tangisan mu meledak malam itu, karena rasa iba pada ku,  satu-satunya orang yang dekat dengan ku telah tiada.  Kau katakan, Kau hanya mengingat ku dan anakku, betapa aku berharga di mata mu dan bapak. Aku lah bintang bapak, aku lah yang di banggakan bapak.  Rasa terenyuh pada ku semakin menjadi, ketika aku pulang dengan mata berkaca-kaca dan duduk bersimpuh di samping mu dan menatap jenazah bapak.
Kau mengajak ku untuk tetap tegar menghadapi ujian ini, kau merangkul ku untuk bersama-sama bangkit dari kesedihan ini.

       Hari ini 22 desember 2013, aku yakin kamu mengingat beberapa tahun yang lalu. Ketika kau mengejan dan bertaruh nyawa untuk ku. Hari ini adalah hari bersejarah bagi mu, hari dimana kau lahirkan putri mu yang sekarang menjadi seperti ini,   aku memastikan hari ini kau panjatkan doa untukku demi bahagia dan keberhasilanku. Terimakasih sudah melahirkan, membesarkan,  dan mendidik aku.
Begitu banyak pengorbanan untukku, maafkan semua kenakalan ku, kekasaran,  perlakuan ku yang sudah menyakitimu...

Bangga pada mu ibu.. selamat hari ibu.... i love you bu..



0 komentar:

Posting Komentar

monggo di pun koreksi