Kecantikan yang dulu
engkau miliki, menurun kepadaku... murah
senyum dan mudah bergaul juga menetes di darah ku.
Tegar dan tegas dalam pemikiran dan
tindakan mu menjadi contoh aku dalam menjalani hidup.
Engkau sosok yang menjadi teladan bagi
ku.
Mengingatmu hari ini membuat pikiran ku kembali dibeberapa
tahun yang lalu. Tahun dimana aku masih berusia belasan, ketika aku masih
ingusan dan belum bisa menata diri.
Kebiasaan yang kau ajar kan membuahkan
hasil saat ini, aku menjadi wanita yang kuat seperti yang kau lihat. Air mata
ku tak pernah menetes meskipun hantam dan masalah hidupku datang bertubi-tubi.
Kelahiran ku tepat
di malam 1 suro, tepatnya di hari ke 22 di bulan desember, tanggal dimana saat
ini di rayakan orang-orang menjadi hari ibu.
Menurut cerita mu, aku terlahir di sebuah tempat di sudut kota
jogya. Aku terlahir dengan kulit putih
dan montog, ditambah lagi mata ku yg sipit , persis seperti cina, mungkin
itulah yang menjadikan aku dipanggil nonik dan setelah dewasa di panggil ncik
oleh beberapa orang yang bertemu dengan ku.
Masa kanak-kanak, ku lewati dengan bahagia dalam asuhan mu..
pelukan mu yang menghangatkan tubuh, dan menentramkan jiwa ku.
1988, tahun itu aku masih bersama mu,
tepatnya masih duduk di bangku SD. Kau
mengajarkan aku bagaimana menjadi anak perempuan sepatutnya, kau ajari aku bangun pagi dan mengerjakan
pekerjaan pagi yang akhirnya menjadi rutinitas ku hingga ku duduk di bangku
SMA.
Aku harus bangun setelah ayam berkokok
di pagi menjelang subuh. Sholat adalah awal yang harus di lakukan. Setelah
selesai mengerjakannya, aku kau haruskan membantu mu menyapu halaman kanan kiri
dan jalan depan rumah, terkadang memotong pagar hidup di depan rumah bahkan
membereskan sampah yang sudah menumpuk di ujung pekarangan.
Semula berat dengan pekerjaan itu, tetapi lama kelamaan
menjadi sebuah kebiasaan yang selalu aku lakukan.
Setelah pekerjaan semua selesai, aku baru boleh menyiapkan
diri untuk pergi ke sekolah. Mandi kemudian sarapan, dan mengambil jatah uang
saku di meja putih bapak yang bertengger
di sudut rumah kayu kita.
Sepulang sekolah pun, pekerjaan rumah sudah menunggu dan
harus aku kerjakan sebelum aku menggendong adik yang paling bungsu untuk
mengajaknya bermain. Masa kecil ku habiskan dengan indahnya keluarga kita
meskipun dengan kondisi kekurangan, tetapi aku bahagia karena mempunyai mu,
yang selalu membuat kesulitan menjadi sebuah hal yang mudah saja kita lakukan.
Aturan-aturan yang kau buat sangat sederhana untuk
anak-anakmu terutama aku yang memang bandel, tetapi bagi ku aturan mu itu kadang tak aku
hiraukan. Namun dengan sabar kau
melatihku mentaati semua aturan karena
kau yakin semua terbaik demi aku dan
anak mu yang lain.
Tak terasa tahun –
tahun begitu cepat berjalan. Selesailah masa
sekolah aku di bangku SMA Engkau menghantarkan aku pada awal perjuangan hidupku sendiri, tanpa
mu. Aku terlepas dan sengaja engkau lepas kan untuk mencari penghidupan
sendiri. Tantangan hidup bagiku berawal
di sini.
Aku memilih kota yang berada di utara
kota jogya, aku memilih di sini walaupun tidak kau restui awalnya, tetapi
keinginan ku yang luar biasa akhirnya ku
dapatkan ijinmu untuk aku memilih
menempuh perjalanan masa muda ku di
sini.
Perjalanan
tak mulus begitu saja tetapi aku sudah memilih di sini, konsekuen dengan pilihanku, aku tak boleh mengeluh, di
kota yang saat ini aku singgahi, aku cintai hingga menemukan “cinta” yang aku pikir akan abadi.
Doa selalu kau panjatkan pada Tuhan,
agar aku selalu di beri ketenangan dan kesuksesan meraih apa yang ku ingin dan
cita-citakan. Sesekali surat kau kirim
untuk ku, tak banyak isinya, hanya kau tanyakan kabar, dan yang pasti
selalu kau ingatkan aku agar selalu
beribadah, dan bergaul dengan baik. Ingat
sekali kata mu “nok, jangan lupa solat,
puasa, dan jaga diri.. jangan sampai kau
permalukan ibu bapak kamu “
Saat itu aku hanya membaca dan ku
lempar saja surat itu di meja kamar kost ku.
1996
adalah tahun di mana, banyak cerita yang mengisi hidup ku dan menjadi kenangan
terindah di masa lalu ku. Engkau bahagia dan senantiasa menjadi tempat aku
mencurahkan hatiku saat senang atau pun di rundung duka. Semangat dan doa kau berikan, hingga aku
bangkit dari keterpurukan yang terjadi. Berdiri
lagi aku di atas restu mu, berbahagialah aku bersama doa mu.
Keinginan ku mulai tercapai satu
persatu, bekerja berkarya dan mendapatkan lelaki pilihan untuk menjadi kekasih
ku. Semua pas dengan kriteria ku, pas dengan kemauan ku saat meninggalkan mu.
Ku ceritakan semua kepada mu, dan senyummu pun mengembang tanda ikut berbahagia,
lagi-lagi kau ucap syukur dan terus berdoa untukku.
Pada
suatu ketika aku menyadari, ternyata ucapan mu benar, kau katakan padaku “ jika kau senang jangan terlampau senang
dan jika kau sedih jangan terlalu sedih nok “
Kalimat itu aku resapi setelah
kegagalan ku dalam hubungan percintaaan ku, iya,,, kala itu aku yakin, bahwa
aku akan bersama nya, tetapi akhirnya aku tidak bisa bersama dengannya. Aku
kecewa, dia lah yang aku harapkan untuk hari depan ternyata takdir tertulis ,
dia bukan untukku.
Aah.. semua sudah garis ku dan semua
terbaik untukku.
Walaupun sedih tapi aku tak
berlama-lama jatuh ke kubangan itu, tetapi engkau tidak bisa menyimpan pedih
mu. Engkau pun terhanyut dalam kesedihan
ku hingga kau jatuh sakit karena memikirkan ku.
Begitu aja di pikir dan dirasa, sakit sendiri kan.. kataku
dalam hati, tanpa merasakan apa yang kau rasa.
Aku memang keras dan badung, kadang tidak terlalu
memikirkan mu, aku hanya berpikiran tentang aku... ............iya aku egois,
aku tak tahu di sayang..
Entah mengapa aku menjadi berubah, aku yang semula menurut
mu menjadi lebih nakal.
2002, engkau
merestui aku dan lelaki yang baru saja ku kenal. Kau mengganggukan kepala tanda setuju ketika aku
meminta restu untuk menikah dengannya.
Segala persiapan kau lakukan untuk aku.
Sepertinya saat itu kau bahagia dan teramat bahagia karena kau pikir aku
akan menyudahi kesendirian dan menempuh bahagia dengannya.
Cinta kasih mu pun tak berhenti juga,
kau masih rela mengasuh anakku hingga dia tumbuh menjadi anak yang lucu. Aku Tak pernah mengucapkan terimakasih pada
mu, aku selalu melukai mu mungkin dengan perkataan dan perlakuan ku, kau pun
tetap mendoakan ku berbahagia dan sukses.
Cinta mu tak pernah padam untuk ku, hingga akhirnya aku menyadari semua
yang aku lakukan padamu banyak salah.
Lagi-lagi kau hanya tersenyum dan
mendoakan aku selalu bahagia. Luar biasa
memang kasih mu untuk anakmu. Terimakasih ku ucapkan pertama untuk mu pagi itu.
Pagi dimana orang-orang merayakan hari
nan fitri.
Juni
2006, kau kembali terluka. Kau menjadi saksi perceraian ku. Kesedihan mu tak bisa ditutupi. Aku yakin
dalam hati mu, engkau menangis pilu.
Inilah untuk kesekian kali aku menyakiti dan membuat mu
menangis. Maafkan aku, karena
melukai hatimu lagi.. batin ku, aku tak pernah berani mengungkapkan maaf karena
terlampau banyak dosa ku padamu.
Sejak perpisahan ku dengannya, hanya
kau yang menguatkan aku , hingga aku menjadi mandiri seperti yang kau lihat
saat ini.
Bulan maret 2012.. suara serak karena
menahan tangisan ku dengar malam itu melalui telephone. Kau kabarkan padaku
bahwa bapak telah tiada. Kau tahu betapa bapak sangat mengasihi ku , tangisan mu meledak malam itu, karena rasa iba
pada ku, satu-satunya orang yang dekat
dengan ku telah tiada. Kau katakan, Kau
hanya mengingat ku dan anakku, betapa aku berharga di mata mu dan bapak. Aku
lah bintang bapak, aku lah yang di banggakan bapak. Rasa terenyuh pada ku semakin menjadi, ketika
aku pulang dengan mata berkaca-kaca dan duduk bersimpuh di samping mu dan
menatap jenazah bapak.
Kau mengajak ku untuk tetap tegar
menghadapi ujian ini, kau merangkul ku untuk bersama-sama bangkit dari
kesedihan ini.
Hari
ini 22 desember 2013, aku yakin kamu mengingat beberapa tahun yang lalu. Ketika
kau mengejan dan bertaruh nyawa untuk ku. Hari ini adalah hari bersejarah bagi
mu, hari dimana kau lahirkan putri mu yang sekarang menjadi seperti ini, aku memastikan hari ini kau panjatkan doa
untukku demi bahagia dan keberhasilanku. Terimakasih sudah melahirkan,
membesarkan, dan mendidik aku.
Begitu banyak pengorbanan untukku,
maafkan semua kenakalan ku, kekasaran,
perlakuan ku yang sudah menyakitimu...
Bangga pada mu ibu.. selamat hari
ibu.... i love you bu..
0 komentar:
Posting Komentar
monggo di pun koreksi