" pergilah... bawa dia dan anak-anak, biar aku saja yang merawat makam mbak evi" kataku ketika kita bertemu di suatu petang..
Sengaja, kita bertemu untuk membahas promosi jabatan dari kantor mu. Aku hanya mengiyakan saja dan merelakan kamu pergi bersama orang-orang yang kamu cintai. tetapi kamu ragu meninggalkan makam mbak evi... makam istri pertama mu yang sangat kamu cintai.
Mbak evi, orang yang pernah marah dengan hubungan ku dan kamu saat itu, hubungan yang tidak jelas, yang kita jalani beberapa tahun, hingga akhirnya kita berpisah setelah mbak evi mengalami penyakit yang tidak bisa terobati. Kita sadar saat itu, dan aku ingin menjadikan mbak evi bahagia di akhir hidupnya, dengan tidak mengganggu rumah tangga kalian.
Aku pergi selangkah demi selangkah, meninggalkan kalian.. aku tatap masa depan dengan penuh harapan, semoga di hari depan aku mendapatkan orang yang lebih baik dari kamu.
Pertemuan sore itu, saat senja temaram di cafe dengan interior yang unik, cafe tempat biasa kita bertemu, di jalan braga, dimana daerah yang penuh bangunan lama tersimpan.
" yakin .. ? kamu mau merawat makam evi .. di sini ? " tanya mu
"iya.. aku bisa balik semarang- bandung zie.. sebulan 2 kali " jawabku
"jadi.. aku boleh membawa anak-anak dan dia ?" tanyamu lagi
"iya.. bawa istri mu, bawa anak-anak mu , jagain anak - anak ya.. dan didik dia menjadi ibu bagi anak-anak " jelas ku
Tidak butuh lama berpikir, sejak pertemuan kita petang itu, kamu menandatangani ikatan kerja di mesir. Perusaahaan mu membuka cabang di sana dan kamu lah pimpinan yang di angkat oleh kantor mu. Aku merasa jauh dengan mu, karena jarak memisahkan kita.
"hati-hati ya zie " ucapku ketika menghantarkan mu di airport.
aku memeluk istri baru zie dan anak-anak, tak rela sepertinya zie pergi tetapi demi karir dan masa depan anak-anak, akhirnya aku merelakan mereka dan menghilangkan rasa egois ku.
perihhhhhhhhhhh..................
Aku kunjungi makam mbak evi, aku memeluk nisan yang di depan ku itu. aku peluk, aku bisikan kan
" mereka pergi..... mbak " tersimpuh aku di hadapan nisan bertuliskan evie mahaswari....
Ku cabuti rumput yang mulai liar tumbuh di makam itu... aku kirim doa-doa untuk almarhumah mbak evi...
Kereta Harina yang ku tumpangi sudah sampai di tawang, kaki ku lemas dan tak berdaya, melangkah pun berat... aku terjatuh dan ketika sadar, aku sudah berada di klinik stasiun itu..
ya tapi.. aku harus sehat dan kuat untuk janjiku, pada zie.. janji dimana aku akan merawat makam mbak evi sampai dia pulang lagi ke Indonesia.....
zie.. hati-hati di sana yaaaa....
Sengaja, kita bertemu untuk membahas promosi jabatan dari kantor mu. Aku hanya mengiyakan saja dan merelakan kamu pergi bersama orang-orang yang kamu cintai. tetapi kamu ragu meninggalkan makam mbak evi... makam istri pertama mu yang sangat kamu cintai.
Mbak evi, orang yang pernah marah dengan hubungan ku dan kamu saat itu, hubungan yang tidak jelas, yang kita jalani beberapa tahun, hingga akhirnya kita berpisah setelah mbak evi mengalami penyakit yang tidak bisa terobati. Kita sadar saat itu, dan aku ingin menjadikan mbak evi bahagia di akhir hidupnya, dengan tidak mengganggu rumah tangga kalian.
Aku pergi selangkah demi selangkah, meninggalkan kalian.. aku tatap masa depan dengan penuh harapan, semoga di hari depan aku mendapatkan orang yang lebih baik dari kamu.
Pertemuan sore itu, saat senja temaram di cafe dengan interior yang unik, cafe tempat biasa kita bertemu, di jalan braga, dimana daerah yang penuh bangunan lama tersimpan.
" yakin .. ? kamu mau merawat makam evi .. di sini ? " tanya mu
"iya.. aku bisa balik semarang- bandung zie.. sebulan 2 kali " jawabku
"jadi.. aku boleh membawa anak-anak dan dia ?" tanyamu lagi
"iya.. bawa istri mu, bawa anak-anak mu , jagain anak - anak ya.. dan didik dia menjadi ibu bagi anak-anak " jelas ku
Tidak butuh lama berpikir, sejak pertemuan kita petang itu, kamu menandatangani ikatan kerja di mesir. Perusaahaan mu membuka cabang di sana dan kamu lah pimpinan yang di angkat oleh kantor mu. Aku merasa jauh dengan mu, karena jarak memisahkan kita.
"hati-hati ya zie " ucapku ketika menghantarkan mu di airport.
aku memeluk istri baru zie dan anak-anak, tak rela sepertinya zie pergi tetapi demi karir dan masa depan anak-anak, akhirnya aku merelakan mereka dan menghilangkan rasa egois ku.
perihhhhhhhhhhh..................
" mereka pergi..... mbak " tersimpuh aku di hadapan nisan bertuliskan evie mahaswari....
Ku cabuti rumput yang mulai liar tumbuh di makam itu... aku kirim doa-doa untuk almarhumah mbak evi...
Kereta Harina yang ku tumpangi sudah sampai di tawang, kaki ku lemas dan tak berdaya, melangkah pun berat... aku terjatuh dan ketika sadar, aku sudah berada di klinik stasiun itu..
ya tapi.. aku harus sehat dan kuat untuk janjiku, pada zie.. janji dimana aku akan merawat makam mbak evi sampai dia pulang lagi ke Indonesia.....
zie.. hati-hati di sana yaaaa....
0 komentar:
Posting Komentar
monggo di pun koreksi